TEMPO.CO, Bandung - Pekan lalu mantan gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan atau Aher menjalani pemeriksaan di Bareskrim Mabes Polri sebagai saksi kasus kredit fiktif Bank BJB Syariah. Rabu, 20 Maret 2019, giliran dia jadi saksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Bandung untuk kasus dugaan suap proyek Meikarta dengan terdakwa Bupati Bekasi non aktif Neneng Hasanah Yasin.
Baca juga: Aher: Saya Tanggung Jawab ke BJB bukan BJB Syariah
“Saya hadapi saja, toh kita tidak harus ada kekhawatiran kalau tidak melakukan pelanggaran,” kata dia selepas bersaksi di Pengadilan Tipikor, Bandung, Rabu, 20 Maret 2019.
Aher, sapaan Ahmad Heryawan, mengaku, menjalaninya saja. “Saya hadapi dengan penuh sabar, kemarin, Rabu lalu, dengan Bareskrim,” kata dia.
Saat diperiksa Bareskrim untuk kasus kredit fiktif BJB Syariah (BJBS), Aher mengaku, tidak terlibat. “Untuk BJBS, saya tekankan, saya sebagai gubernur (saat itu) tidak punya hubungan hukum dan administrasi apapun. Karena BJBS itu anak perusahaan BJB, yang penguasaan sahamnya adalah BJB dan pemprov Banten. Sehingga kalau ditanya BJBS, jawabannya paling enak kan tidak tahu,” kata dia.
Aher mengaku, baru tahu soal kredit fiktif itu belakangan. “Ketika ditanya kredit macet, tahu, setelah terjadi, itu dilapori oleh Dirut BJB,” kata dia.
Aher mengatakan, saat diperiksa di Bareskrim, dia ditanyai juga soal statusnya di BJB. “Saya di BJB atas nama pemerintah sebagai gubernur, ex oficio, pemegang saham di BJB. Tugasnya karena sebagai pemegang saham pengendali, tentu berhak untuk mengusulkan calon direksi. Tapi itu lewat mekanisme,” kata dia.
Aher mencontohkan, mekanisme pengusulan calon direksi BJB itu lewat pembentukan Tim Remunerasi, yang bertugas menjaring calon direksi dan melakukan assesment bersama dengan pihak ketiga. “Biasanya Pak Rheinald Kasali yang suka diundang sebagai pihak ketiga. Hasil assessment diserahkan pada saya selaku pemegang saham pengendali, atas nama pemerintah provinsi Jawa Barat. Dipilih dari hasil itu per jabatan yang lowong 2 orang, kemudian dikirimkan ke Komisaris. Komisaris memproses administrasinya untuk diajukan fit and proper test di OJK,” kata dia. Nama yang lolos fit and proper test OJK itu yang kemudian dipilih untuk disahkan di RUPS BJB.
Aher mengaku, waktunya saat ini habis untuk menemani istrinya, Netty Heryawan, blusukan di Daerah Pemilihan Cirebon-Cirebon-Indramayu. Netty menjadi caleg DPR RI dari PKS. “Saya enggak nyaleg. Ibu yang nyaleg. Dulu Bu Netty mendampingi saya 10 tahun ke sana kemari, sekarang saatnya suami mendampingi istri,” kata dia.
Aher optimis istrinya lolos. “Daerahnya di situ PKS sangat tipis. Indramayu daerah Golkar, di Cirebon daerah PDIP. Tetapi saya dan Ibu punya tapak silaturahim yang panjang selama 10 tahun, sehingga untuk menggaet masyarakat untuk milih ibu di pileg yang akan datang nampaknya tidak sulit-sulit banget. Insya Allah optimis menang 1 kursi untuk Ibu, aman,” kata dia.
Aher mengaku, keterlibatannya dalam kampanye mendukung pasangan calon presiden Prabowo-Sandiaga Uno terbatas. “Terbatas banget kemampuan kita untuk keliling Jawa Barat,” kata dia. “Tentunya persaingan sehat harus optimis, meskipun titik akhirnya kita harus mengakui siapapun yang menang. Tapi pada posisi di mana kita masih bersaing, bebas kita berikhtiar untuk memenangkan persaingan ini.”